Selasa, 29 Desember 2009

BAB IX PEKERJAAN TANAH & PONDASI

BAB IX
PEKERJAAN TANAH & PONDASI






IX.1. PEKERJAAN TANAH

IX.1.1. Galian Tanah Keras

Metode penggalian tanah sebaiknya menggunakan metode yang digambarkan seperti
di bawah ini :


tanah galian





75 cm 75 cm
1 : 5 1 : 5




Hasil galian tanah jangan ditimbun persis di bibir galian tetapi minimum ditimbun 75 cm
dari tepi bibir galian. Hal diatas bertujuan agar tidak mengganggu jalan kerja pondasi
dan tidak menyebabkan longsor.

IX.1.2. Galian Tanah Lumpur

Jika jarak antar galian terlalu dekat maka hasil galian lumpur harus dibuang keluar
lokasi bangunan. Hal ini bertujuan agar menghindari kelongsoran pada dinding galian
dan tidak mengganggu jalan kerja proyek.

IX.1.3. Urugan Tanah Kembali

Untuk tanah keras urugan kembali dilaksanakn lapis-perlapis. Jika di dalam galian ada
genangan air maka harus dikeringkan dahulu.
Untuk tanah lumpur pengurugan lapis perlapis, jika ada air dalam galian harus dikering-
kan dahulu.
Untuk tanah lumpur urugan 40 cm lapis teratas sebaiknya dicampur dengan tanah yang
baik (tanah keras)

IX.1.4. Mobilisasi galian tanah
Di dalam pekerjaan galian tanah yang perlu diperhatikan adalah penghitungan secara
keseluruhan volume galian yang ada dalam bangunan.
Secara umum point-point yang perlu diperhitungkan :
01. Volume galian secara keseluruhan :
- Galian pondasi struktur
- Galian pondasi batu kali
- Galian poer
- Galian pondasi tangga
- Galia sloof
- Galian septiktank
- Galian bak kontrol
- Galian saluran keliling
- Galian sumur
- Galian dari keprasan tanah
- Dan galian tanah lainnya
- Sisa-sisa bobokan (volumenya berdasar pengalaman)
02. Volume tanah yang terpakai :
- Urugan kembali
- Peninggian lantai bangunan
- Peninggian tanah luar bangunan
03. Volume tanah yang dikeluarkan
Jika tanah galian volumenya lebih dari yang terpakai maka perlu dikeluarkan dari
lapangan. Dan volume tanah ini diperhitungkan dari awal (sejak mulai galian)
sehingga sisa galian segera dikeluarkan sejak awal, dan tidak menumpuk dila-
pangan.
04. Volume tanah yang didatangkan
Pendatangan tanah dari luar site, jika volume galian lebih kecil dari tanah yang akan
dipakai.
Jika ini terjadi, maka pendatangan tanah menunggu sampai tanah sisa galian ter-
pakai.

CONTOH :















Catatan : pondasi diatas untuk bangunan tingkat II


Jika kita lihat skema galian diatas, maka pekerjaan galian dapat kita bagi men-
jadi tiga kronologis pekerjaan galian.
01. Galian struktur (pondasi foot plat dan sloof)
02. Galian pondasi batu kali
03. Galian luar bangunan

Pertama-tama kita gali untuk galian pondasi foot plat dan sloof sehingga rencana
galian selain foot plat dan sloof bisa di pakai untuk menimbun tanah hasil galian
foot plat dan sloof.
Jangan sampai tanah galian dari foot plat ditimbun diatas rencana galian sloof.
Karena galian sloof akan dikerjakan sebelum urugan kembali pondasi foot plat
dilaksanakan. Jika ini dilakukan, maka akan terjadi over volume digalian.
Karena saat penggalian sloof, kita akan menggali juga tanah timbunan dari foot
plat.

skema penempatan tanah galian yang salah























CARA PERHITUNGAN TANAH GALIAN.

Dalam suatu proyek, maka galian secara keseluruhan dari bangunan harus kita
hitung terlebih dahulu.

Volume galian pondasi struktur

P1 = 1,50 x 1,50 x 1,50 = 3,375 m3
P2 = 1,25 x 1,25 x 1,25 = 1,935 m3
P3 = 1,00 x 1,00 x 1,00 = 1,000 m3

Volume galian sloof

S1 = 4,625 x 0,40 0,40 = 0,74 m3
S2 = 3,500 x 0,40 x 0,40 = 0,56 m3

Volume galian pondasi batu kali

PB1 = 4,60 x 1,00 x 0,80 = 3,68 m3
PB2 = 2,05 x 1,00 x 0,80 = 1,64 m3
PB3 = 2,875 x 1,00 x 0,80 = 2,30 m3

Volume galian septictank

SP = 2,00 x 2,00 x 1,50 = 6,00 m3

Volume galian saluran keliling

GL = 0,30 x 0,30 x 80 = 7,20 m3

VOLUME-VOLUME GALIAN DALAM BANGUNAN

01. Galian pondasi stuktur = 44,515 m3

P1 = 10 x 3,375 = 33,75
P2 = 5 x 1,953 = 9,765
P3 = 1 x 1,000 = 1,00



02. Galian pondasi sloof = 46,176 m3

S1 = 10 x 0,74 = 7,40
S2 = 12 x 0,52 = 6,24


03. Galian pondasi batu kali = 24,18 m3

PB1 = 5 x 3,68 = 18,60
PB2 = 2 x 1,64 = 9,765
PB3 = 1 x 2,300 = 1,00


04. Galian Septictank (2 bh) = 12,00 m3

05. Galian Saluran keliling bangunan = 12,00 m3


TOTAL GALIAN = 134,071 M3



VOLUME-VOLUME STRUKTUR DALAM TANAH

01. Volume pondasi stuktur 5,16 m3

P1 = 10 x 0,366 = 3,66
P2 = 5 x 0,250 = 1,25
P3 = 1 x 0,25 = 0,25



02. Volume pondasi sloof = 7,06 m3

S1 = 10 x 0,37 = 3,70
S2 = 12 x 0,28 = 3,36


03. Volume pondasi batu kali = 13,189 m3

PB1 = 5 x 2,024 = 10,12
PB2 = 2 x 0,902 = 1,804
PB3 = 1 x 1,265 = 1,265


04. Volume septictank (2 bh) = 3,375 m3

05. Volume saluran keliling bangunan = 3,2 m3


TOTAL VOL. STRUKTUR = 31,984 m3

VOLUME URUGAN KEMBALI = 102,087 m3
Volume urugan kembali, adalah hasil pengurangan dari Volume galian di kurangi
dengan volume struktur yang ada di dalam tanah


KESIMPULAN :

01. Jika didalam bangunan ada peninggian peil lantai setinggi 20 cm ( vol=48 m3)
maka masih perlu pendatangan tanah sebesar 48,00 - 31,984 = 16,016 m3.
Atau dalam kondisi tanah terurai, bisa memakai kooefisien 1,20.
Karena ini akan mendatangkan tanah, maka waktu pendatangan tidak perlu
awal-awal pekerjaan, tetapi menunggu betul-beturl tanah di site memang kurang.
Karena kadang-kadang ada material-material tidak terpakai yang bisa untuk
menggantikan urugan tanah.

02. Jika tidak ada peninggian tanah, maka kita akan pengeluarkan tanah sebanyak
31,984 m3. Atau dalam kondisi terurai sebesar 31,984 x 1,20 = 38,38 m3.
Pengeluaran tanah ini bisa dilakukan pada awal pekerjaan galian sehingga
galian tanah tidak mengganggu lokasi pekerjaan.

03. Jika dalam proyek ditentukan, bahwa peninggian peil bangunan berdasar tanah
sisa yang ada, maka bangunan cukup ditinggikan sebesar (31,984/240) =
13,32 cm atau bisa 15 cm.

Perhitungan volume total galian tanah sejak awal di dalam suatu proyek seperti
contoh diatas, agar dapat disimpulkan sejak awal, apakah kita akan mendatang-
kan tanah, mengeluarkan tanah. Selain itu kita akan bisa tepat di dalam menem-
patkan tanah sisa galian.

IX.2. PEKERJAAN PONDASI

Pondasi adalah konstruksi atau struktur terkhir yang memikul seluruh beban
dari bangunan untuk diteruskan ke tanah, cara penerusan beban oleh pondasi ke tanah
ada yang berdasr daya dukung tanah, berdasarkan friction ( lekatan ) ada juga
yang berdasarkan Point Bearing.
Kegagalan di pekerjaan pondasi akan menyebabkan kegagalan diseluruh konstruksi
bangunan. Untuk itu diperlukan pemahaman gambar dan spesifikasi dengan baik.


IX.2.1. PONDASI PANCANG

IX.2.1.1. Pengangkatan dan Perletakan (Penumpukan)

Yang akan dibicarakan disini adalah pondasi Tiang Pancang yang berukuran besar.
Yang perlu diperhatikan dalam metode pelaksanaan di lapangan adalah cara pengang
katan dan perletakan pancang.
Pengangkatan maupun penimbunan pancang yang perlu diperhatikan adalah posisi
atau letak tumpuan yaitu 1/5 L (panjang pancang) dari masing-masing ujung.

a. Handling

- Pada waktu handing, sling dapat dikerjakan pada 2 atau 4 titik angkat.
- Pada kasus 2 titik angkat :
Sling letakkan pada 1/5 x panjang tiang di kedua ujung.
- Pada kasus 4 titik angkat :
Sling letakkan pada 1/5 x panjang tiang di kedua ujung, ditambah dengan letakkan
pada 1,00 m dari titik-titik tersebut.




a = 60° - 90°



a

1/5 L 3/5 L 1/5 L


b. Penumpukan Tiang Pancang di Site

1. Hentikan truck/trailer dekat site ( ± 30 m dari lokasi titik pancang).
2. Siapkan balok kayu (5/10) diatas tanah padat dengan jarak dan posisi yang benar.
3. Turunkan tiang pancang dari truck/trailer dengan cara yang memenuhi syarat.
4. Setelah kedudukan tumpukan tiang pancang pertama in fixed, tempatkan lagi
balok ( 5/10 ) di atas tumpukan tiang pancang pertama dengan jarak dan posisi
yang sesuai dengan balok alas yang di tempatkan di bawah tumpukan pertama.
5. Tempatkan lagi tiang pancang untuk tumpukan kedua, dan seterusnya ( maximum
tiga tumpukan ).
6. Letakkan balok kayu pada 1/5 L, di kedua ujung tiang pancang.

c. Penarikan Tiang Pancang di Site
1. Angkut tiang pancang kesamping alat pancang ( ± 10 m ) dengan Fork Lift atau
crane dari tumpukan di site.
2. Angkut tiang pancang dengan sling milik alat pancang ke titik pancang pada titik
angkat 1/3 x panjang tiang pancang dari ujung tiang.




1/3 L



2/3 L L L max = 15 m.







IX.2.1.2. Kalendering
Kalendering bertujuan untuk mengetahui kekuatan perindividu pancang.
Cara pelaksanaannya dengan cara menempelkan kertas milimeter blok ke tiang
pancang kemudian kita letakkan pinsil kita buat garis hirisontal setiap ada pukulan
akan terbentuk garis vertikal. Setiap selesai satu pukulan kita buat garis horisontal,
maka akan terlihat seperti sket di bawah ini.
Kalendering dilaksanakan pada saat pancang mencapai tanah keras.

IX.2.1.3. Macam Tiang Pancang
a. Tiang Pancang Bulat
b. Tiang Pancang Segi empat
c. Tiang Pancang Segitiga

IX.2.1.4. Type Tiang Pancang
Setiap pemancangan yang sangat dalam maka tiang pancang akan dibagi
menjadi beberapa segmen.
a. Bottom : Segmen ini berada paling bawah dengan salah satu ujungnya
lancip.
b. Midle : Segmen ini posisinya di tengah dengan kedua ujungnya tumpul
c.. Upper : Segmen ini berada paling akhir

IX.2.1.5. Topi Pancang.

Topi pancang letakkan pada kepala tiang, yang fungsinya untuk menyerap kerusakan
bahan dan meratakan energi pemukulan ke tiang pancang.
- Topi pancang dapat dibuat dari baja yang fungsinya untuk menyerap kerusakan
bahan.
- Hammer dan tiang pancang yang bertopi harus terletak pada satu garis sumbu.
- Ukuran topi harus pas di atas kepala tiang, yang berfungsi untuk meratakan energi
pemukulan.
- Antara topi dan tiang pancang boleh terdapat kelonggaran senesar 15 mm.

IX.2.1.6. Bantalan Kepala Tiang Pancang ( Wood Cushion Material ) :

1. Gunakan bantalan kayu diantara kepala tiang pancang dan caping (topi baja)
dengan tebal minimal 10 cm (atau 4 lapis multiplex tebal 25 mm) untuk tiang
pancang single.
2. Tebal bantalan kayu minimal 15 cm (atau 6 lapis multiplex 25 mm) untuk tiang
pancang dengan sambungan.
3. Bila bantalan kayu menerima tegangan terlalu tinggi sehingga bantalan rusak /
hancur maka harus diganti yang baru.
4. Bila dijumpai kekerasan tanah ekstrem maka bantalan kayu baru harus disediakan
untuk setiap tiang pancang.
penting ! perhatikan point 1 s/d 4 lembar ini.


METHODE PEMANCANGAN

1. Gunakan mesin pemancangan dengan panjang Boom ± 12 - 18, dan panjang
leader 18 - 24 m' untuk maximum panjang tiang pancang 12 - 18 m'.
2. Gunakan Diesel Hammer yang sesuai dengan jenis dan kapasitas tiang.
3. Gunakan topi pancang baja yang sesuai dengan ukuran / dimensi tiang pancang.
4. Gunakan bantalan kayu dengan tebal sesuai yang di syaratkan (minimal 10 cm).
5. Penarikan tiang pancang ke titik pancang harus sesuai dengan yang disyaratkan,
serta kondisi tiang pancang harus di jaga dan masih dalam kondisi baik.
6. Posisi sumbu hammer, tiang pancang dan topi baja harus lurus dalam satu garis
( di level / water pass dan unting-unting ).
7. Eksentrisitassumbu tersebut tidak boleh lebih dari 10 mm.



IX.2.2. PONDASI BORED PILE

Cara Pelaksanaan Bored Pile
Pertama-tama tanah di bor dengan diameter sesuai dengan perencanaan.
Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, ujung pengeboran dibuat menggelem-
bung dengan tujuan memperluas tumpuan.
Selesai pengeboran penulangan dimasukkan, dan dilanjutkan pengecoran (dengan
tremi)
Yang perlu diperhatikan dalam pondasi Bored Pile adalah Volume beton yang masuk
adalah minimum sama dengan volume galian teoritis.

Keuntungan :
Teknologinya tidak terlalu rumit ( mudah dikerjakan )
biaya tidak telalu mahal

Kerugian :
Dinding galian sulit dimonitor masalah kelongsorannya.
Gelembung diujung pengeboran sulit dimonitor bentuk dan volumenya.
Site akan menjadi sangat becek sekali oleh sirkulasi air yang dipakai untuk mengeluar-
kan lumpur.
Mutu beton akan sangat dipengaruhi oleh lumpur dalam lobang galian.



DATA TEKNIS BORED PILE :

1. Kemampuan : Bor kecil : 30 - 60 cm.
: Crane s/d 2,00 m.

2. Kedalaman K : 5.00 m - 40.00 m
B : s/d ± 60.00 m
3. Kapasitas / kecepatan : volume beton ± 4 m3 / unit mesin bor.
4. Lumpur bar; alami ; lempung ; bentonite bila dibutuhkan kekentalan lebih untuk menahan
longsoran.
5. Menara bor : k = 2.00 m x 4.00 m ; h = 6.00 - 9.00 m.
6. Pipa Tremie : Besi diameter 6" ; medium @ 3.00 m.
7. Corong cor : diameter 40 cm disambung ke pipa tremie.
8. Casing permukaan : sesuai bak, bila dibutuhkan untuk mencegah kelongsoran.
9. Pembesian : sengkang spiral dengan decking = 5 cm.
10. Pembuatannya dibuat dengan < 5 cm dari spec untuk pemelaran.
11. Sebelum pengecoran lubang bor harus dicuci dari lumpur.
12. Jika pembesian > 12 m, penyambungan dengan las, diameter tulangan dipertahan-
kan dengan memasang 16 melintang.
13. Setelah lubang dibersihkan harus langsung dicor sampai selesai.
14. Pengecoran awal harus hati-hati, supaya beton sedikit mungkin bercampur dengan
lumpur, digunakan kantong plastik yang diisi dengan adukan beton dan dimasukkan
ke dalam lubang bor, ditahan dulu sampai tenaga cor siap untuk dilakukan pengecoran
secepatnya secara kontinue (lihat gambar).
15. Bila adukan beton tidak dapat lagi mengalir kedalam pipa tremie, maka dilakukan
hentakan-hentakan, pipa tremie tidak boleh terlepas dari permukaan beton minimal
terendam ± 1.00 m dari permukaan adukan beton.
16. Corong dijaga jangan sampai kosong, harus terus diisi dengan adukan beton.
17. Pipa tremie dapat dilepas setiap 3.00 m naik.
18. Pencoran dapat dihentikan bila adukan beton yang naik di permukaan dan tumpah
dari luabang bor telah bersih dari campuran lumpur.
19. Setelah kering harus ada pemotongan beton sampai dengan beton yang sesuai sengan
karakteristik spec : ± 0.50 - 1.00 m.




















Gambar pengecoran Bored Pile





































Posisi awal pencoran Posisi ujung bawah tremie

IX.2.3. SUMURAN

Pondasi Sumuran dipakai untuk tanah keras
Cara Pelaksanaan Pondasi Sumuran sebagai berikut :
Pertama-tama kita gali tanah sambil menurunkan buis beton (bahan lain sesek bambu)
Setelah galian sesuai dengan rencana maka tulangan kita turunkan (bila ada)
dilanjutkan dengan pengecoran beton cyclop (beton mutu sedang dicampur dengan
batu belah)
Keuntungannya : Teknologinya tidak terlalu rumit ( mudah dikerjakan )
biaya tidak telalu mahal
Kelemahannya : Hanya bisa dipakai untuk tanah dengan daya dukung tinggi

IX.2.4. FOOT PLAT SETEMPAT DAN MENERUS

IX.2.4. 1. FOOT PLAT SETEMPAT

- Jenis pondasi foot plat ini yang sering dipakai di lapangan, dan cara pelaksanaanya
tidak terlalu sulit.
- Pertama-tama tanah di gali sesuai dengan perencanaan
- Setelah selesai galian, maka dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kerja, jika tidak ada
perbaikan tanah.
Untuk tanah yang lunak, jika ada perbaikan tanah maka sebelum lantai kerja kita lakukan
perbaikan tanah dulu. Perbaikan tanah bisa dengan cara mengganti tanah lumpur dengan
sirtu atau dengan cerucuk bambu (dolken).
- Pembesian foot plat dan kolom bisa dikerjakan, jika lantai kerja telah kering.
- Begesting foot plat di pasang, kemudian pengecoran foot plat dilaksanakan.
- Dilanjutkan dengan begesting kolom pondasi dan diteruskan pengecoran

Sketsa pekerjaan foot plat (tanpa perbaiakan tanah)














Sketsa pekerjaan foot plat (dengan perbaiakan tanah)















IX.2.4. 2. FOOT PLAT SETEMPAT

- Jenis pondasi foot plat menerus ini dipakai jika dimensi foot plat setempat terlalu luas.
Maka untuk memenuhi luasan, dipakai foot plat setempat.
Untuk menambah kekakuan foot plat menerus, maka dipakai rib.
- Sama dengan pondasi foot plat setempat, pertama-tama tanah di gali sesuai dengan
perencanaan.
- Setelah selesai galian, maka dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kerja, jika tidak ada
perbaikan tanah.
Untuk tanah yang lunak, jika ada perbaikan tanah maka sebelum lantai kerja kita lakukan
perbaikan tanah dulu. Perbaikan tanah bisa dengan cara mengganti tanah lumpur dengan
sirtu atau dengan cerucuk bambu (dolken).
- Pembesian foot plat, rib dan kolom bisa dikerjakan, jika lantai kerja telah kering.
- Begesting foot plat dan rib di pasang, kemudian pengecoran foot plat dan rib dilaksanakan.
- Dilanjutkan dengan begesting kolom pondasi dan diteruskan pengecoran

sketsa pondasi foot plat menerus

1 komentar:

  1. gambarnya kok gak ada?
    main ke blog ane ya www.prabuadi.blogspot.com

    BalasHapus