BAB VI
PEKERJAAN BATU
VI.1. AANSTAMPING :
a. Fungsi dari aanstamping, untuk meluaskan daerah beban, sehingga pondasi bisa
menerima beban yang lebih besar, dengan biaya yang lebih murah.Dengan melihat
fungsi aanstamping diatas, maka dalam pekerjaan aanstamping harus diperhatikan
hal-hal seperti dibawah ini.
b. Untuk memadatkan pasir urug dicelah-celah batu, harus disiram dengan air, sampai
pasir betul-betul mengisi celah-celah batu kali.
c. Pemakaian ukuran batu kali variatif
d. Susunan batu kali dibuat berdiri, dengan ketebalan sekitar 20 cm dan dikunci dengan
batu yang ukuranya lebih kecil.
e. Batu kali jangan blondos, tetapi batu pecah dengan tujuan agar bidang sentuh antar
permukaan batu belah lebih luas.
sketsa susunan batu belah pada pekerjaan aanstamping.
VI.2. PASANGAN BATU KALI :
a. Fungsi pondasi batu kali, sebagai penerima beban dari struktur atas untuk diteruskan
ke tanah.
b. Batu kali jangan blondos, tetapi harus pecah, sehingga lebih stabil. Karena permukaan
sentuh antar batu kali menjadi luas, dan lekatan antara spesi dengan permukaan batu
pecah menjadi kuat.
c. Batu belah harus bebas dari kotoran tanah, dan jangan batu yang porous atau secara
visual kelihatan berongga.
d. Pemasangan profil batu kali harus sesuai dengan ukuran/dimensi dan harus stabil.
Bahan profil sebaiknya memakai kayu 4/6 atau 5/7, jangan memakai bambu yang
di belah kecil, sehingga bentuk profil pondasi gampang berubah-ubah.Setelah selesai
pekerjaan pondasi, maka bahan profil segera dibersihkan.
e. Pada sisi atas pondasi, harus diberi stek-stek O 8 mm jarak 2.00 m, dengan tujuan agar
ada ikatan antara pondasi batu kali dengan struktur diatasnya.
Besarnya diameter besi stek tidak mengikat, bisa memakai sisa-sisa potongan yang
ada di lapangan.
f. Permukaan atas pondasi juga harus dikasari, dengan tujuan agar menyatu dengan
struktur diatasnya.
sketsa susunan batu kali pada pondasi batu kali.
ukuran-ukuran praktis pada pondasi batu kali
g. Jika pondasi batu kali dipakai untuk pagar, dan juga berfungsi sebagai dinding
penahan maka jangan lupa memberi suling-suling.
h. Suling-suling memakai PVC O 2" dengan luas tangkapan 4 m2 tiap suling-suling.
i. Sisi dalam dinding penahan diberi kerikil, dan ujung suling-suling diberi ijuk.
Tujuanya agar air mudah terkumpul dan segera mengalir keluar dari dinding penahan.
sketsa posisi suling-suling
j. Sebelum pemasangan batu kali, maka perlu diperhatikan penempatan batu kali.
Penempatan batu kali yang tepat, akan mengurangi langsiran batu kali yang berulang.
Maka setiap pelaksana lapangan harus memberi sketsa penempatan batu kali.
k. Pembongkaran batu kali dari truk tidak harus dibongkar di satu tempat, tetapi bisa
bisa beberapa tempat, tergantung sket penempatan batu kali.Penempatan pembong-
karan batu kali yang tepat adalah tugas logistik lapangan, dengan berdasar sketsa
dari pelaksana.
sketsa penempatan batu kali saat bongkar dari truk.
VI.3. BERABEN PONDASI BATU KALI.
a. Fungsi dari beraben adalah untuk mengurangi filtrasi air ke dalam tubuh pondasi.
b. Pemberian spesi cukup pada siar-siar antar batu kali saja.
c. Pada permukaan batu kali tidak perlu diberaben (diberi spesi), juga tidak perlu
di kamprot
sketsa pekerjaan beraben
VI.4. PASANGAN BATU BATA :
a. Siar horisontal maximal 2,5 cm tebal minimal 1,5 cm tebal yang seharusnya adalah 2 cm.
Secara visual, tebal spesi kurang dari setengah tebal batu bata.
b. Siar (tebal spesi) ke arah vertical 2 cm. Dan siar vertikal tidak boleh ketemu di dalam
2 baris yang berurutan.
sketsa siar pada batu bata
c. Batu bata yang tidak dipakai jika batu-bata tersebut tinggal kurang dari 1/3.
d. Pengangkutan batu bata dengan kotak yang khusus untuk batu bata. Batu bata tidak
perlu dikeluarkan dari kotak tersebut. Sehingga batu bata tidak tidak banyak yang
pecah, karena tidak sering bongkar muat muat bata.
e. Profilan batu bata harus di sekral, dan tiap sekralan untuk dua baris batu bata.
f. Tiap hari, pemasangan batu bata kearah vertikal maximal 1 meter. Jika lebih dari satu
meter, maka spesi terbawah akan tidak kuat menerima beban dari atas dan akan
roboh (mplotrok).
g. Untuk jarak profil maximum 3 meter, jika lebih dari 3 meter harus diberi profil tambahan.
Karena dengan tarikan benang lebih 3.00 m akan tidak waterpas.
h. Sebelum pemasangan batu bata, maka batu bata di siran sampai jenuh. Penyiraman
batu bata saat berada di kotak batu bata.
sketsa kotak batu bata.
catatan : kotak batu bata di taruh dekat tukang batu, dan batu bata tidak usah dikelu-
arkan dari kotak.
i. Sebelum pemasangan dinding batu bata, maka tanah di sisi kanan kiri dinding harus
diratakan, dengan tanah seadanya. Hal ini bertujuan agar saat pengambilan spesi
yang jatuh tidak kesulitan. Dengan tanah yang sudah rata, maka tidak perlu memberi
papan di bawah pasangan batu bata.
sketsa perataan tanah di sisi bawah pas. batu bata.
j. Hubungan batu bata dengan kolom beton, dihubungkan dengan stek-stek dari sisa -
sisa besi potongan.
sketsa hubungan antara batu bata dengan kolom beton.
k. Hubungan antara dinding batu bata sisi tepi bangunan dengan dag beton, supaya
diberi tanggulan yang miring keluar. Pemberian tanggulan ini dilaksanakan saat
pengecoran dag beton.
sketsa pasangan batu bata tepi bangunan.
catatan : sket diatas berlaku juga untuk dinding batu bata KM/WC, dengan
kemiringan tanggulan ke arah dalam KM/WC.
l. Hubungan antara batu bata dengan kolom baja, bisa dilihat seperti sket seperti
di bawah ini.
sketsa hubungan antara batu bata dengan kolom beton.
Catatan-catatan lain :
- Tidak dibenarkan batu bata di tembus andang kerja. Jika untuk pegangan andang,
terutama untuk andang luar, maka saat pengecoran balok tepi supaya dipasang
besi beton diameter 6 mm, yang nantinya untuk mengikat andang.
sketsa pengikatan andang luar lihat pada pekerjaan beton
VI.5. PLESTERAN :
a. Campuran disesuaikan dengan spesifikasi yang ada. Yang perlu diperhatikan adalah
pelaksanaan campuran spesi plesteran.
Contoh :
Jika di sebutkan campuran plesteran 1 PC : 5 PS, maka pelaksanaan campuran spesi
tidak 1PC : 5 PS, tetapi harus dilaksanakan 1PC : 7PS. Hal ini disebabkan, semen yang
dipakai untuk acian, termasuk dalam analisa campuran plesteran.
Untuk catatan, tiap meter persegi acian diperlukan 5 kg semen ini senilai dengan 0.1zak
semen (untuk ukuran 50 kg)
b. Sebelum pelaksanaan plesteran maka perlu kelabangan vertikal dan horisontal.
Kelabangan vertikal di buat jarak kurang lebih 1.00 m, kelabangan horisontal di buat
sisi atas dan sisi bawah, dengan tujuan kelabangan atas untuk pedoman pemasangan
plafond dan sisi bawah untuk pedoman pemasangan plint lantai.
sketsa kelabangan sebelum plesteran dimulai
c. Plesteran kasar maupun acian harus memakai blebes dengan pasang 2.00 , blebes
disediakan oleh kantor, mandor tinggal pinjam, jika hilang maka mandor harus ganti.
Blebes dari bahan alluminium profil, yang dijamin kelurusanya dan keawetanya.
d. Ketebalan plesteran idealnya 1 1/2 cm maximum 2 cm, tebal didnding batu bata jadi
maksimum 15 cm.
e. Acian dikerjakan jika satu bidang telah selesai plesteran kasar, dengan kata lain acian
di kerjalkan per satu bidang. Jika bidangnya sangat luas dan tidak bisa diselesaikan
dalam satu hari, maka garis batas di buat lurus, baik vertikal maupun horisontal.
f. Tidak boleh mempercepat pengeringan plesteran dengan PC kering ditaburkan
g. Sebelum plesteran dikerjakan, supaya di kontrol apakah sparing-sparing di dinding
yang akan diplester sudah terpasang semua.
h. Hubungan antara plesteran dengan beton, baik dengan kolom beton maupun lisplank
beton, harus memakai kawat ayam.
i. Acian tidak boleh memakai kuas.
sketsa hubungan antara plesteran dengan kolom beton
sketsa hubungan antara plesteran dengan lisplank beton.
j. Hubungan antara plesteran dengan kolom baja harus diberi tali air.
sketsa hubungan antara plesteran dengan kolom baja.
k. Plesteran pada beton, maka permukaan beton harus dikasari atau di kamproti pada
waktu membuka begesting.
Campuran spesi memakai minimal 1PC : 3 PS (jika spec 1PC : 2PS), pasir yang dipa-
kai harus pasir beton)
VI.6. BETON PRAKTIS :
a. Beton praktis terdiri dari sloof praktis, kolom praktis dan ring praktis (balok latei).
b. Beton praktis berfungsi sebagai pengaku pasangan batu bata (batako, rooster,
glassblock).
c. Tempat-tempat yang harus diberi beton praktis sebagai berikut :
- Pada pertemuan dinding batu bata maupun bataco (diberi kolom praktis).
- Dinding batu bata (bataco) yang telah mencapai luasan 12 m2 (diberi kolom dan ring
praktis).
- Pemasangan glassblock dengan luas minimal 0,6 x 1.00 (atau luasan yang sama)
diberi ring dan kolom praktis keliling.
- Pemasangan rooster dengan luas minimal 1.50 x 1.00 (atau luasan yang sama)
diberi ring dan kolom praktis keliling.
- bentangan kosen yang lebih dari 1.20 m di beri balok latei, jika kurang dar 1.20 m
cukup diberi rolag batu bata.
- Pada keliling kosen alluminium dengan ukuran minimal 0.6 x 1.00 harus diberi kolom
dan ring keliling.
d. Pemakaian besi pada beton praktis 4 O 8 dan begel dia. 6-20,
e. Stek untuk persiapan kolom praktis (pada dag beton /sloof)cukup 1 bh dia. 12.(min).
sketsa stek untuk kolom praktis
f. Begisting untuk beton praktis dibuat dari kayu bangkirai 2/20 x 2.00, biar awet sehingga
bisa dipakai berulang. Begesting ini disediakan oleh kantor, dan pihak mandor tinggal
pinjam, jika hilang maka mandor harus mengganti.
Papan begesting diberi lobang untuk ikatan bendrat.
sketsa pemasangan begesting pada beton praktis
g. Sebelum pemasangan begisting, maka spesi yang nonjol-nonjol kanan kiri dinding
batu bata harus dibersihkan dulu sehingga tidak menambah ketebalan dinding batu
bata, yang mengakibatkan ketebalan kolom pkatis melebihi dinding batu bata sehing-
ga akan terjadi betel-betel saat akan mulai pekerjaan plesteran.
h. Pengecoran kolom praktis dikerjakan tiap ketinggian 1.00 m setelah selesai pema-
sangan batu bata
VI.7. FLOOR UNTUK LANTAI KERAMIK (di lantai dasar) :
a. Sebelum floor beton dimulai maka tanah dibawahnya harus dipadatkan, terutama ta-
nah bekas galian.
b. Untuk leveling tanah di bawah floor beton dipakai pasir urug, dan disiram dengan air
sampai jenuh dengan ketebalan sekitar 5 cm.
c. Campuran yang dipakai 1PC : 3PS : 5KR, split bisa memakai sisa ayakan pasir munti-
lan.
d. Ketebalan floor beton minimal 5 cm, tanpa tulangan susut.
sketsa potongan floor beton keramik
e. Sebelum floor beton di mulai, maka kepalaan harus dibuat terlebih dulu. Kepalaan di-
buat dengan jarak kurang lebih 1.00 m ke arah memendek dari ruang yang akan di-
floor.
f. Perataan adukan dengan blebes, floor beton harus padat dengan cara di jojoh pakai
cetok, dan permukaan dibuat kasar sehingga bisa monolit dengan spesi keramik.
VI.8. FLOOR UNTUK LANTAI KERAMIK (di atas dag beton) :
a. Sebelum floor beton dimulai maka permukaan dag beton harus dibersihkan dari sisa-
sisa kayu begesting, kotoran-kotoran lain, dan disiram air secukupnya.
b. Campuran yang dipakai 1PC : 3PS : 5KR, split bisa memakai sisa ayakan pasir munti-
lan.
c. Ketebalan floor beton minimal 5 cm, tanpa tulangan susut.
d. Sebelum floor beton di mulai, maka kepalaan harus dibuat terlebih dulu. Kepalaan di-
buat dengan jarak kurang lebih 1.00 m ke arah memendek dari ruang yang akan di-
floor.
e. Perataan adukan dengan blebes, floor beton harus padat dengan cara di jojoh pakai
cetok, dan permukaan dibuat kasar sehingga bisa monolit dengan spesi keramik.
f. Dalam pekerjaan floor beton yang sangat penting adalah jangan sampai ada kantong
udara yang terjebak antara floor beton dan daag beton. Karena kantong udara ini jika
menerima suhu yang tinggi maka butuh ruang untuk mengembang. Jika ruang yang
ada tidak cukup akan membuat terlepasnya lekatan antara floor beton dag beton.
sketsa potongan floor beton di atas dag beton
VI.9. PASANG KERAMIK LANTAI :
a. Pekerjaan keramik boleh dikerjakan jika pekerjaan plafond, serta pekerjaan batu dia-
tas keramik (di ruang yang akan dipasang keramik) telah selesai. Karena pemasangan
keramik itu tidak memakan waktu lama.
b. Sebelum dipasang, maka keramik direndam kurang lebih 24 jam , atau sampai cukup
jenuh, yaitu sampai gelembung-gelembung udara tidak tampak lagi.
c. Pertama-tama yang harus dikerjakan adalah kepalaan keramik dibuat saling tegak
lurus, dari kepalaan keramik ini akan diketahui las-lasan yang akan terjadi di setiap
tepi ruangan jika terjadi kejanggalan akan diketahui lebih awal.
d. Dalam pengambilan las-lasan, maka tiap ruang berdiri sendiri, kecuali ruangan -rua-
ngan yang dihubungkan pintu, dan lantai memiliki peil yang sama. Lebar las-lasan ha-
rus lebih dari setengah ukuran keramik normal.
e. Untuk ruang dekat tangga, hall dan selasar, pengambilan naat berdasar naat keramik
tangga.
f. Didalam pemasangan keramik, yang perlu selalu diperhatikan adalah jangan sampai
ada rongga udara baik antara spesi dengan floor beton maupun antara spesi dengan
keramik. Karena rongga udara ini yang akan menyebabkan kegagalan dalam pema-
sangan keramik (meledak), jika suhu ruangan naik, karena udara jadi mengembang.
Untuk hal diatas maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Floor beton dibersihkan dan dibasahi, sebelum spesi di gelar.
- Sebelum keramik di pasang, maka spesi di gelar tidak untuk satu-satu keramik, tetapi
untuk jumlah yang cukup banyak. Biasanya 2 (dua) baris keramik dan memanjang.
- Yang penting untuk diperhatikan juga adalah saat menggelar spesi, harus padat, se-
hingga tidak ada rongga udara antara spesi dengan floor beton.
sketsa pemasangan keramik
sketsa pemasangan keramik jika tanpa floor beton.
(jika space antara peil dag beton dan top finish keramik tinggal kurang 5 cm)
g. Dalam pengakiran spesi jangan sampai miring ke dalam, tapi yang benar miring kelu-
ar.
sketsa akhiran spesi pada pemasangan keramik
h. Naat keramik jika tidak ada ketentuan lain maka dibuat 3 mm.
Untuk kerapian naat ini maka perlu diperhatikan masalah presisi keramik. Jika dalam
type keramik yang sama tetapi terdapat selisih ukuran, maka perlu diadakan penyorti-
ran keramik dulu. Sehingga dalam satu ruang akan kita dapatkan naat yang sama le-
barnya.
i. Kolotan keramik dibuat sampai dibatas lapisan email keramik. Jarak waktu antara
pemasangan keramik dan kolotan idealnya 7 (tujuh) hari, sehingga pengeringan spesi
sudah mencapai 70 persen. Kecuali tempat-tempat yang dipakai lalu lintas pekerja,
jika tidak segera dikolot keramik akan menggeser.
Sebelum kolotan dimulai, maka perlu diadakan pengontrolan keramik-keramik yang
menggeser (ngeprok), untuk diperbaiki terlebih dahulu
Cara pengolotan yang baik harus melalui 2 tahapan :
- Pertama, naat keramik di siram dengan air semen yang cair, sehingga masih bisa ma
suk pada pori-pori udara antara keramik dan spesi.
- Kedua, naat ditutup dengan bahan kolotan yang kental, dan digaris dengan kabel.
sketsa cara kolotan yang baik
j. Untuk pemasangan keramik KM/WC lihat Bab pekerjaan KM/WC.
VI.10. PASANG KERAMIK DINDING :
a. Pekerjaan keramik dinding boleh dikerjakan jika sparing-sparing dalam dinding telah
selesai dikerjakan.
b. Sebelum dipasang, maka keramik direndam kurang lebih 24 jam , atau sampai cukup
jenuh, yaitu sampai gelembung-gelembung udara tidak tampak lagi.
c. Pertama-tama yang harus dikerjakan adalah kepalaan keramik. Pada kepalaan kera-
mik dinding luar pertama-tama diambil as diagonal bidang. Dari as diagonal, kepala-
an keramik di buat keatas (dan kebawah) serta kekanan (dan kekiri). Jadi las-lasan
simetris pada semua sisi.
d. Cara penentuan las-lasan
misal : L = panjang total bidang (cm)
B = panjang keramik (cm)
A = lebar las-lasan (cm)
Pertama-tama panjang total bangunan dibagi keramik utuh, misal masih
sisa Y cm.
A = Y / 2
maka A harus lebih dari 1/2 B
Jika terjadi A kurang dari 1/2 B, maka maka las-lasan menjadi
A = ( Y + B ) / 2
Berarti keramik utuh berkurang satu.
sketsa pemasangan keramik dinding dengan jumlah keramik utuh (genap).
sketsa pemasangan keramik dinding dengan jumlah keramik utuh (ganjil).
e. Untuk pemasangan keramik dinding interior (dalam bangunan)
Kepalaan keramik diambil dari atas (utuh) dibuang kebawah. Untuk horisontal dibuat
simetris.
sketsa pemasangan keramik dinding dalam bangunan.
f. Untuk pemasangan keramik dinding, maka plesteran kasar harus selesai.
g. Jarak waktu antara plesteran dan pasang keramik kurang lebih 7 hari, sehingga ples-
teran cukup kering.
h. Pemasangan keramik ke dinding dengan cara memberi acian ke plasteran kasar. Se-
belum keramik ditempelkan maka sisi belakang keramik juga diberi aciian terus di
ditempelkan.
i. Naat keramik jika tidak ada ketentuan lain maka dibuat 2,5 mm.
Untuk kerapian naat ini maka perlu diperhatikan masalah presisi keramik. Jika dalam
type keramik yang sama tetapi terdapat selisih ukuran, maka perlu diadakan penyorti-
ran keramik dulu. Sehingga dalam satu bidang akan kita dapatkan naat yang sama le-
barnya.
j. Kolotan keramik dibuat sampai dibatas lapisan email keramik. Jarak waktu antara
pemasangan keramik dan kolotan idealnya 3 (tiga) hari.
Sebelum kolotan dimulai, maka perlu diadakan pengontrolan keramik-keramik yang
menggeser (ngeprok), untuk diperbaiki terlebih dahulu
Jika kolotan dinding berwarna terang, maka sebaiknya kolotan dikerjakan jika peker-
jaan mendekati selesai.
VI.11. GRANITE DAN MARMER
Sebelum pemasangan Granite dan marmer pada sisi belakang diberi Latecrite.
Guna latecrite untuk mencegah infiltrasi air di bawah granite / marmer yang menyebabkan
kandungan Fe (besi) muncul ke permukaan yang kadang-kadang kelihatan seperti karat.
Pemasangan granite dan marmer kita perhatikan motifnya apakah bermotif seragam
(monoton) atau berurat, selain itu diperhatikan juga warnanya, karena biasanya motif yang
sama tetapi ada perbedaan di warna.
Kesimpulannya sebelum memasang marmer mmaupun granite perlu adanya penyortiran
marmer maupun granite untuk satu bidang pemasangan dan di gelar di bawah ( sebelum
dipasang). Setelah semua motif dan warna serasi masing-masing mamer diberi nomor urut,
kemudian dipasang sesuai dengan bidang yang diinginkan.
Lebar nat 3 mm dan kolotan memakai resin.
Finishing akhir marmer dan granite bisa dengan dipoles ulang setelah dipasang.
Untuk pemasangan granite dan marmer pada dinding harus diikat dengan kawat pada sisi
belakang.
VI.12. BATACO
a. Jika tidak diplester, maka tali air cukup dirapikan (tidak diaci).
b. Posisi pemasangan Bataco, lobang di sisi bawah.
c. Rongga bataco tidak diisi.
d. Kolom praktis dan ring praktis tiap 12 m².
e. Spesi memakai campuran 1 : 3 (pasir muntilan).
VI.13. PAVING
a. Tanah dasar harus dipadatkan karena paving biasanya menahan beban berat.
b. Sebelum pasang paving harus diberi lapisan pasir muntilan minimum tebal 5 cm.
c. Setelah paving terpasang divibrator agar levelingnya baik sambil ditaburi dengan
pasir muntilan yang lebih halus untuk mengisi nat-nat paving.
VI.14. FLOOR HARDENER
a. Tebal Floor beton minimum 5 cm dengan tulangan tunggal.
b. Sebelum pengecoran dibuat kelabangan dengan jarak ± 1 m.
c. Perataan cor-coran dengan blebes.
d. Permukaan cor-coran ditaburi floorhardener dicampur dengan semen.
e. Ketebalan lapisan floorhardener bisa 3 mm ( campuran 3 kg ), 4 mm (campuran 4 kg),
5 mm (campuran 5 kg).
f. Untuk bidang yang luas pemadatan permukaan (perataan) memakai trawell, untuk
bidang yang sempit memakai raskam dari besi.
VI.15. PASANG ROSTER :
a. Keliling pemasangan rooster harus diberi beton praktis jika ukuran lebar lebih 1.50 m
dan tinggi lebih dari 1.00.
b. Macam-macam ukuran roster 30 x 30.
c. Dipasaran 20 x 20.
d. Naat antara roster dinding 4 mm.
e. Dibuat tali air antar naat.
f. Jika masih ada plesteran dinding pemasangan roster, roster harus dikurangi dari
air semen.
Selasa, 29 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar