BAB III
KONSTRUKSI BETON
1. PERSIAPAN
Mengingat pentingnya pekerjaan beton maka untuk mendapatkan mutu beton
yang diinginkan sesuai spec dan mendapatkan hasil yang memuaskan kita perlu mem-
perhatikan hal-hal seperti dibawah ini :
1.1. Mix Design ( merencanakan campuran beton )
Mix Design sebaiknya dilakukan minimum 10 hari sebelum pengecoran.
Umumnya untuk mempermudah pekerjaan di lapangan, mix design dilaksanakan berda -
sarkan data-data yang ada , contoh 1 : 2 : 3 ; 1 : 1 1/2 : 2 1/2, yang sesuai dengan
kondisi setempat, atau untuk lebih akurat bisa dilakukan perhitungan berdasarkan
SK SNI T-15-1990-03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Setelah didapat proporsi dari masing-masing material maka diadakan Trial mix
(percobaan campuran), sesuai dengan proporsi yang ditetapkan misalnya 1pc :2ps:3kr
kemudian masing-masing hasil Trial Mix kita periksakan ke laboratorium untuk menge -
tahui mutu beton.
1.2. Pembuatan dan Perawatan Benda uji
Cetakan benda uji yang kita pakai ukuran 150 x150 x 150 atau silinder ø 150 dan tinggi
300 terbuat dari baja. Cara pengambilan sample dilakukan sbb :
- Beton dimasukkan dalam cetakan, dibagi dalam 3 lapisan yang kira-kira sama tinggi -
nya, setiap lapisan dipadatkan dengan cara menusuk-nusuk dengan alat dari baja
( D 16 mm besi polos ) ± 25 kali , tempat / cetakan diketok-ketok.
- Selama 24 jam, contoh beton harus dilindungi dari penguapan yang terlalu cepat.
Cetakan dibuka setelah 24 jam (minimum).
- Sebelum di test contoh harus direndam dalam air selama 3-5 hari.
- Silinder Beton yang akan di test dikeringkan secukupnya dan kedua permukaannya
diberi sulfur compounds setebal 1/8 - 1/6 inch. Pemberian lapisan (capping) dimaksud-
kan agar diperoleh permukaan yang rata dan tegak lurus terhadap sumbu.
- Beton secepatnya ditest kekuatan tekannya.
1.3. Pemeriksaan mutu di lapangan
Pemeriksaan mutu beton di lapangan sebelum dituangkan, cara yang paling praktis di -
lakukan dengan Slump Test, dengan alat Kerucut Abram, secara singkat caranya sbb :
- Masukkan beton kedalam Kerucut Abram, setiap 1/3 bagian beton dipadatkan dengan
penusuk dari baja sebanyak ± 25 kali, kemudian dilanjutkan dg 1/3 bagian yang lain.
- Setelah penuh dan rata kerucut ditarik vertikal keatas perlahan-lahan.
- Ukurlah tinggi beton yang turun terhadap Kerucut Abrams, turunnya tinggi beton itu
adalah tinggi Slump beton.
Zero Normal Shear Collapse
- F.a.s rendah - komposisi Agregat baik - komposisi agregat jelek - komposisi jelek
- bentuk standard. - terlalu banyak pasir. - F.a.s. tinggi
Nilai Slump untuk pengecoran pelat, balok, kolom yang baik berkisar 10 ± 2. Semakin
tinggi nilai slump akan menyebabkan Faktor air semen tinggi, sehingga kekuatan tekan
beton akan semakin berkurang.
1.4. Pengujian Beton
Menurut SK-SNI idealnya benda uji yang ada minimum 30 benda uji dari pengecoran
yang berkesinambungan, tapi bila benda uji kurang dari 30, maka Standart Deviasinya
harus dikalikan dengan faktor seperti pada tabel 4.3.1.2 SK - SNI.
Rumus untuk analisa benda uji:
f'cr = f'c + 1,64 S
dimana :
f'cr = Kuat tekan beton rata-rata menurut Rumus S f'c1 /n
f'c = Kuat tekan beton yang direncanakan
S = S (f'c1 - f'cr)²
n - 1
n = Jumlah nilai hasil uji (1 hasil uji adalah rta-rata dari 2 benda uji)
Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan memuaskan bila ke-
dua persyaratan berikut tercapai :
a. Nilai rata-rata dari 4 hasil uji, tidak kurang dari f'c +0,82 S
b. Tidak satupun hasil kurang dari 0,85 f'c.
1.5. Pengujian Besi
Pengujian besi dilaksanakan di dua tempat di lapangan dan di lab untuk pengujian besi
di lapangan, pengujian besi polos menggunakan sketsmatch, sedang untuk besi ulir /
Deform ditimbang berat per m kemudian dihitung dengan rumus 12,74 B
Toleransi D
D s/d 14 ± 0,4 mm Penyimpangan kebundaran
16 - 25 ± 0,5 mm max 70 % dari toleransi
28 - 34 ± 0,6 mm
36 - 50 ± 0,8 mm
Pengujian di laboratorium :
1. Ambil contoh minimal 1 1/2 m potong dari kedua ujung batang, tidak boleh dengan
cara pemasangan.
2. Setiap kelompok yang terdiri dari satu ukuran dan berasal dari satu produk diambil
diambil 1 contoh
3. Untuk kelompok yang beratnya lebih dari 5 ton, setiap kelipatan 5 ton diambil
1 contoh.
4. Contoh-contoh tersebut di ujikan pada lab-lab yang ditunjuk.
5. Hasilnya 5 % tidak boleh kurang dari s leleh baja.
2. PERANCAH
Yang perlu diperhitungkan dalam menggunakan tiang perancah adalah faktor tekuknya.
Jenis-jenis perancah yang ada di PT. Sekawan Triasa sbb :
1. Scafolding
2. Pipa hitam
3. Pipa putih
4. Pipa Support
5. Dolken atau usuk
2.1. SCAFOLDING
Penggunaan scafolding yang kaitannya dengan pekerjaan struktur biasanya
digunakan untuk menumpu begesting Balok & Plat Beton
Stock scaffolding yang ada di PT. ST terdiri dari Sbb:
1. MF 170, 150
2. LF 120, 90, 50
3. CB 220, 193, 183, 153, 138 Ukuran yang tertera merupakan
4. JP panjangnya
5. JB 40, 60
6. UHJ 40, 60
Penggunaan masing-masing tergantung dari kebutuhan, untuk lebih jelasnya lihat
gambar skets Gambar III.1. Untuk pedoman praktis di lapangan dapat dilihat pada tabel
pemakaian scafolding.
No Tinggi Muka Mf1 Mf2 LF JB UHJ JP1 JP1 4.00
bawah balok
1 500 170 170 120 40 40 2 2
2 480 170 170 90 40 40 2 2
3 460 170 150 90 40 40 2 2
4 440 170 150 50 60 40 2 2
5 420 170 150 50 40 40 2 2
6 410 170 150 50 40 40 2 2
7 400 170 150 - 60 40 2 2
8 390 170 150 - 60 40 2 2
9 380 170 150 - 40 40 2 2
10 370 170 150 - 40 40 2 2
11 360 170 - 120 60 40 2 2
12 350 170 - 120 40 40 2 2
13 340 150 150 - 40 40 2 2
14 330 150 - 120 40 40 2 2
2.2. Pipa Hitam
Digunakan untuk pengaku pada Main Frame sehingga lebih kaku terhadap faktor tekuk,
pemasangannya sebaiknya menyilang menghubungkan main frame atas dan bawah.
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar sketsa.
pipa hitam
2.3. Pipa Putih
Dipakai sebagai andang bagian luar bangunan, digunakan untuk keperluan finishing luar
bangunan pada bangunan tingkat tinggi. Penghubung pipa putih arah vertikal digunakan
Joint Pin Pipa, sedangkan arah horisontal menggunakan clamp.
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar sketsa.
pipa putih
2.4. Pipa Support
Umumnya digunakan pada begesting kolom, digunakan sebagai penahan pada
begesting kolom sehingga begesting kolom benar-benar vertical dan tidak muntir.
Bisa juga digunakan untuk mensupport begesting balok diantara Main Frame apabila
dirasa tumpuannya kurang dan untuk lebih jelasnya lihat sketsa III.2.
2.5. Dolken
Penggunaan biasanya untuk tumpuan begesting balok dan plat pada bangunan berting-
kat rendah.
Dolken yang digunakan ber ø 6 cm panjang 4 m, jarak antar tumpuan ± 50 cm.
Pengaku antar dolken dipasang papan 2/20.
Lihat Gambar III.3.
3. BEGESTING
Begesting merupakan cetakan untuk beton, sehingga pelaksanaannya harus benar-
benar teliti dan terencana. Dari segi biaya , pelaksanaan begesting juga perlu diperhi -
tungkan karena biayanya cukup tinggi untuk itu begesting harus bisa digunakan beru -
lang-ulang. Sistem begesting pelat, balok, kolom, perlu dibuat standart yaitu dengan
systim panel, sehingga diharapkan bisa digunakan berulang-ulang.
Sistem panel adalah suatu systim begesting dimana setiap modul dari begesting diberi
rangka keliling dari usuk.
Khusus untuk begesting expose semua rangka penel harus diserut dulu atau pakai pa -
nel plywood. Sebelum besi dipasang semua permukaan begesting harus diberi mud oil.
Lihat Gambar III.4. dan III.2.
Daerah KM/WC begesting pelat & balok diturunkan 10 cm. Pada daerah atap yang ber-
hubungan langsung dengan air, begesting harus dibuat miring (ada kemiringan) sehing-
ga air bisa mengalir. Selain begesting tersebut, di ST juga ada begesting yang sudah
paten, yang bisa kita pergunakan, seperti pada tabel dibawah ini :
No Jenis Ukuran Jumlah Kegunaan
1 Rangka L 40.40.4 40 x 120 cm² 77
50 x 120 cm² 16 Gebkekan
60 x 120 cm² 35 begesting
70 x 120 cm² 46 kolom
80 x 120 cm² 33 persegi
90 x 120 cm² 220
2 Begesting bulat ø 60 20 begesting
ø 50 17 kolom
ø 30 2 bulat
3 Begesting sloof Pj. 580 cm 39 beg. sloof
rangka siku.
4 Besi beton ø 10 mm Pj. 95 cm 198 Klem
Pj. 80 cm 85 Begesting
kolom
Untuk mempermudah dalam pemesanan scafolding terlampir Tabel Jarak Tumpuan
Balok dan jumlah usuk 5/7 yang diperlukan 'bodeman' balok.
No. Luasan Balok Jumlah usuk Jarak Contoh Ukuran Cross Brace
pd bodeman Tumpuan
1 s/d 0,085 m² 2 150 20/30, 20/40, 20/35
2 0,086 s/d 0,127 m² 3 150 25/40, 25/50, 30/40 193
3 0,128 s/d 0,508 m² 3 75 40/60, 40/70, 60/80 183
1 s/d 0,059 m² 2 183 15/20, 15/25, 20/30
2 0,06 s/d 0,088 m² 3 183 20/35, 20/40 220
3 0,089 s/d 0,35 m² 3 91.5 30560, 40/70, 50/70
4. PEMBESIAN
Yang dimaksud dengan pembesian adalah pekerjaan perangkaian besi sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan gambar rencana yang diinginkan. Pembesian bukanlah
pekerjaan yang mudah sebab bila kita tidak mengerti dasar-dasar pembesian lalu kita
laksanakan dengan tidak hati-hati akan berakibat fatal, mungkin bisa terjadi bongkar-
pasang bahkan yang paling extrim bisa menyebabkan keruntuhan. Untuk itu pembesian
perlu memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini :
4. 1. Daftar Buistat.
Sebelum dimulai pekerjaan perangkaian kita harus punya dulu daftar buistat, dimana
didalamnya terdapat daftar pemotongan besi. Karena daftar Buistaat merupakan hal
yang penting untuk itu perlu di standarisasi.
Lihat contoh Tabel III.2.
Gambar / Bentuk Panj ø Berat Jml Pot Total Digunakan Jml pot Sisa Diguna Tot bahan
Potongan Besi (m) (mm) (Kg/m) (bh) Berat dr sisa (bh) pot untuk
4.2. Sambungan lewatan
- 30 - 40 d (untuk besi ulir) dan 35 - 40 d ( untuk besi polos)
- Sambungan tidak boleh dalam 1 baris harus 50% - 50%
- Bendrat untuk mengikat sambungan harus benar-benar kuat
4.3. Beugel (sengkang)
- kait / hak pada beugel harus dibuat 5 d
4.4. Overlapping (lihat gambar)
4.5. Pertemuan antar balok
- Balok portal / induk dimenangkan
- Balok anak masuk di dalam balok induk
4.6. Pertemuan balok portal (lihat gambar).
4.7. Beugel kolom pada pertemuan balok dan kolom sebaiknya dipasang.
5. PENGECORAN
Pengecoran bisa dilaksanakan dengan dua cara yaitu site mix dan ready mix.
Pengecoran Site mix campurannya harus mengikuti perhitungan mix design dan
pelaksanaanya harus menggunakan kotak takaran yang telah ditetapkan.
Untuk ready mix kita harus menempatkan orang pada Batching Plant untuk pengontrolan
loading sehingga akan mengurangi kesalahan dalam penakaran.
5.1. Pengecoran Balok dan Plat
Yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran adalah sbb :
- pembersihan bekas-bekas kotoran dengan air atau compresor
- Kontrol elevasi begesting.
- Check semua begesting apakah ada yang lubang
- Beugel-beugel yang lepas dipasang kembali.
- Sparing Instalasi air bersih, kotor dan sebagainya dikontrol kembali, apakah telah
terpasang semua.
- Siapkan peralatan cor seperti garuk, sepatu cor, thriller & deklit
- Besi kolom harus dibuat as dulu dengan cara ditarik dengan trextang.
- Beugel kolom dipasang sepanjanmg 1/2 tinggi kolom.
Pada daerah KM/WC tepi luarnya diberi tanggulan setinggi 10 cm untuk pasangan
bata. Demikian pula untuk dinding luar diberi tanggulan setinggi 10 cm.
5.2. Pengecoran kolom
Tinggi jatuh disyaratkan 1,5 - 2 m, jadi bila ada kolom yang > 2 m pada begesting
sebaiknya diberi jendela. Untuk pengecoran pertama diberi spesi campuran :
1Pc : 2 Ps ± 5 ember untuk menghindarkan kropos pada bagian dasar. Sepatu
kolom mempergunakan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr.
Thriller diusahakan masuk sampai kedasar kolom, bagian luar tetap harus diberi
orang untuk 'ketok-ketok'.
Bila besi terlalu banyak, thriller bisa diganti bambu dan 'dijojoh' dari atas.
5.3. Beton Decking
Menurut Sk-SNI tebal pentup beton :
a. Beton yang berhubungan dengan tanah d-19 keatas 5 cm, < d19 4 cm
b. Pelat 2 cm
c. Balok, kolom, 4 cm.
5.4. Penggetaran
Thriller diletakkan pada arah 60° - 90° yang akan dithriller kemudian pada waktu
penggetaran tidak boleh digetarkan pada besi tulangan terlalu lama karena meng
ganggu proses pengerasan, alat getar dipindahkan secara perlahan dan berpin-
dah-pindah.
Perlu diperhatikan jangan terlalu lama melakukan penggetaran pada satu tempat
akan menyebabkan sarang kerikil karena terjadi pemisahan agregat.
5.5. Pemberhentian Pengecoran
Diharapkan tidak ada pengecoran yang berhenti di tengah jalan tapi bila terpaksa
bisa dilakukan pemberhentian pengecoran pd 1/4 s/d 1/2 L bentang yang dicor.
Sebelum disambung bersihkan kerikil-kerikil yang lepas lalu siramkan air semen
dicampur dengan addibond, kemudian sambungan bisa dilaksanakan.
5.6. Finishing Cor
Setelah pengecoran selesai, harus ada orang khusus untuk meratakan permukaan
cor yaitu dengan cara digosok hingga padat.
Perlakuan khusus diberikan pada daerah km/wc, pada waktu proses penggosok-
an juga harus diberi plesteran 1 : 2 dan digosok lagi sampai halus sehingga diha-
rapkan lapisan semen bisa berfungsi sebagai waterproofing.
Selanjutnya diadakan uji coba dengan genangan air.
5.7. Pengecoran Lisplank
Pengecoran lisplang tidak diijinkan distek, tapi harus dicor bersamaan pada waktu
pengecoran balok / plat.
5.8. Perawatan Beton
Setelah selesai pengecoran selama 7 hari selalu dibasahi dengan air, untuk pe -
kerjaan yang sensitif bisa mencapai 14 hari.
Caranya : 1. Meggenangi dengan air pada konstruksi yang datar seperti plat
2. Memerciki air secara terus-menerus
3. Menutupi dengan karung goni basah
5.9. Perbaikan beton
Dalam bahasan ini hanya dibicarakan yang umum / yang sering terjadi
yaitu kropos dangkal dan sarang kerikil.
Caranya : 1. Kerusakan dibersihkan
2. Buat campuran air + semen ( kalau perlu ditambah Bocrete)
3. Oleskan air semen pada permukaan tersebut
4. Tambalkan camp 1 Pc : 2 psr pd permukaan tsb sampai pampat
Kalau kropos sampai dalam bisa di injeksi atau grouting.
5.10. Pembongkaran begesting balok dan plat
Begesting boleh dibongkar setelah beton mencapai kekuatan ± 70% dari kekuatan
rencana, jadi kira-kira 10 hari, pembongkarannyapun harus mulai dari tembereng
balok, pelat, baru kemudian balok.
Setelah begesting dibongkar, panel-panel tersebut disusun kembali berdasarkan
penggunaannya.
bisa tolong dikirimkan tabel buistat besi, karena keterangan di atas tidak jelas. trima kasih
BalasHapusIkut menyimak info-nya, Pak.
BalasHapussipildewe.blogspot.com