BAB IX
 PEKERJAAN TANAH & PONDASI   
IX.1. PEKERJAAN TANAH    
 IX.1.1. Galian Tanah Keras   
  Metode penggalian tanah sebaiknya menggunakan metode yang digambarkan seperti  
  di bawah ini :  
     tanah galian     
                              75 cm       75 cm
            1 : 5       1 : 5  
  Hasil galian tanah jangan ditimbun persis di bibir galian tetapi minimum ditimbun 75 cm        
  dari tepi bibir galian. Hal diatas bertujuan agar tidak mengganggu jalan kerja pondasi        
  dan tidak menyebabkan longsor.        
 IX.1.2. Galian Tanah Lumpur 
  Jika jarak antar galian terlalu dekat maka hasil galian lumpur harus dibuang keluar 
  lokasi bangunan. Hal ini bertujuan agar menghindari kelongsoran pada dinding galian
  dan tidak mengganggu jalan kerja proyek.
 IX.1.3. Urugan Tanah Kembali 
  Untuk tanah keras urugan kembali dilaksanakn lapis-perlapis. Jika di dalam galian ada
  genangan air maka harus dikeringkan dahulu. 
  Untuk tanah lumpur pengurugan lapis perlapis, jika ada air dalam galian harus dikering-
  kan dahulu.
  Untuk tanah lumpur urugan 40 cm lapis teratas sebaiknya dicampur dengan tanah yang
  baik (tanah keras)
 IX.1.4. Mobilisasi galian tanah  
  Di dalam pekerjaan galian tanah yang perlu diperhatikan adalah penghitungan secara 
  keseluruhan volume galian yang ada dalam bangunan. 
  Secara umum point-point yang perlu diperhitungkan : 
  01. Volume galian secara keseluruhan : 
   - Galian pondasi struktur
   - Galian pondasi batu kali
   - Galian poer
   - Galian pondasi tangga
   - Galia sloof
   - Galian septiktank
   - Galian bak kontrol
   - Galian saluran keliling
   - Galian sumur
   - Galian dari keprasan tanah
   - Dan galian tanah lainnya
   - Sisa-sisa bobokan (volumenya berdasar pengalaman)
  02. Volume tanah yang terpakai : 
   - Urugan kembali
   - Peninggian lantai bangunan
   - Peninggian tanah luar bangunan
  03. Volume tanah yang dikeluarkan 
           Jika tanah galian volumenya lebih dari yang terpakai maka perlu dikeluarkan dari 
   lapangan. Dan volume tanah ini diperhitungkan dari awal (sejak mulai galian) 
   sehingga sisa galian segera dikeluarkan sejak awal, dan tidak menumpuk dila-
   pangan.
  04. Volume tanah yang didatangkan 
   Pendatangan tanah dari luar site, jika volume galian lebih kecil dari tanah yang akan 
   dipakai.
   Jika ini terjadi, maka pendatangan tanah menunggu sampai tanah sisa galian ter-
   pakai.
   CONTOH :
  Catatan  :  pondasi diatas untuk bangunan tingkat II 
   Jika kita lihat skema galian diatas, maka pekerjaan galian dapat kita bagi men-
   jadi tiga kronologis pekerjaan galian.
   01. Galian struktur  (pondasi foot plat dan sloof)
   02. Galian pondasi batu kali
   03. Galian luar bangunan
   Pertama-tama kita gali untuk galian pondasi foot plat dan sloof sehingga rencana 
   galian selain foot plat dan sloof bisa di pakai untuk menimbun tanah hasil galian
   foot plat dan sloof.
   Jangan sampai tanah galian dari foot plat ditimbun diatas rencana galian sloof.
   Karena galian sloof akan dikerjakan sebelum urugan kembali pondasi foot plat
   dilaksanakan. Jika ini dilakukan, maka akan terjadi over volume digalian.
   Karena saat penggalian sloof, kita akan menggali juga tanah timbunan dari foot 
   plat.
   skema penempatan tanah galian yang salah
   CARA PERHITUNGAN TANAH GALIAN.
   Dalam suatu proyek, maka galian secara keseluruhan dari bangunan harus kita
   hitung terlebih dahulu.
   Volume galian pondasi struktur
   P1     =  1,50 x 1,50 x 1,50  = 3,375  m3
   P2     =  1,25 x 1,25 x 1,25  =  1,935  m3
   P3     =  1,00 x 1,00 x 1,00  =  1,000  m3
   Volume galian sloof
   S1     =  4,625  x  0,40  0,40  =  0,74  m3
   S2     =  3,500   x 0,40 x 0,40  =  0,56  m3
   Volume galian pondasi batu kali
   PB1  =  4,60 x 1,00 x 0,80  =  3,68  m3
   PB2  =  2,05 x 1,00 x 0,80  =  1,64  m3
   PB3  =  2,875 x 1,00 x 0,80  =  2,30  m3
   Volume galian septictank
   SP  =  2,00 x 2,00 x 1,50  =  6,00  m3
   Volume galian saluran keliling
   GL  =  0,30 x 0,30 x 80  =  7,20  m3
  VOLUME-VOLUME GALIAN DALAM BANGUNAN 
  01. Galian pondasi stuktur                              = 44,515  m3
   
   P1  =  10 x 3,375  =  33,75
   P2  =    5 x 1,953  =  9,765
   P3  =    1 x 1,000  =  1,00
  02. Galian pondasi sloof                                 = 46,176  m3
   
   S1  =  10 x 0,74  =  7,40
   S2  =  12 x 0,52  =  6,24
  03. Galian pondasi batu kali                         = 24,18  m3
   
   PB1  =  5 x 3,68      =  18,60
   PB2  =    2 x 1,64    =  9,765
   PB3  =    1 x 2,300  =  1,00
  04. Galian Septictank (2 bh)                          = 12,00  m3
        
  05. Galian Saluran keliling bangunan        = 12,00  m3     
    TOTAL GALIAN            = 134,071  M3    
  VOLUME-VOLUME STRUKTUR DALAM TANAH      
  01. Volume pondasi stuktur                                                5,16  m3
        
   P1  =  10 x 0,366  =  3,66     
   P2  =    5 x 0,250 =  1,25     
   P3  =    1 x 0,25  =  0,25     
  02. Volume pondasi sloof                                                = 7,06  m3
        
   S1  =  10 x 0,37  =  3,70     
   S2  =  12 x 0,28  =  3,36     
  03. Volume pondasi batu kali                          = 13,189  m3
        
   PB1  =  5 x 2,024     =  10,12     
   PB2  =    2 x 0,902   =  1,804     
   PB3  =    1 x 1,265   =  1,265     
  04. Volume septictank (2 bh)                              = 3,375  m3
        
  05. Volume saluran keliling bangunan         = 3,2  m3
    TOTAL VOL. STRUKTUR    = 31,984  m3
  VOLUME URUGAN KEMBALI      = 102,087  m3
  Volume urugan kembali, adalah hasil pengurangan dari Volume galian di kurangi      
  dengan volume struktur yang ada di dalam tanah      
  KESIMPULAN  :      
  01.  Jika didalam bangunan ada peninggian peil lantai setinggi 20 cm ( vol=48 m3)     
   maka masih perlu pendatangan tanah sebesar  48,00 -  31,984  =  16,016  m3.     
   Atau dalam kondisi tanah terurai, bisa memakai kooefisien 1,20.     
   Karena ini akan mendatangkan tanah, maka waktu pendatangan tidak perlu 
   awal-awal pekerjaan, tetapi menunggu betul-beturl tanah di site memang kurang.
   Karena kadang-kadang ada material-material tidak terpakai yang bisa untuk
   menggantikan urugan tanah.
  02. Jika tidak ada peninggian tanah, maka kita akan pengeluarkan tanah sebanyak
   31,984  m3. Atau dalam kondisi terurai sebesar 31,984 x 1,20  =  38,38  m3.
   Pengeluaran tanah ini bisa dilakukan pada awal pekerjaan galian sehingga 
   galian tanah tidak mengganggu lokasi pekerjaan.
  03. Jika dalam proyek ditentukan, bahwa peninggian peil bangunan berdasar tanah 
   sisa yang ada, maka bangunan cukup ditinggikan sebesar  (31,984/240) = 
   13,32 cm atau bisa 15 cm.
   Perhitungan volume total galian tanah sejak awal di dalam suatu proyek seperti
   contoh diatas, agar dapat disimpulkan sejak awal, apakah kita akan mendatang-
   kan tanah, mengeluarkan tanah. Selain itu kita akan bisa tepat di dalam menem-     
   patkan tanah sisa galian.     
IX.2. PEKERJAAN PONDASI        
  Pondasi adalah konstruksi atau struktur terkhir yang memikul seluruh beban      
  dari bangunan untuk diteruskan ke tanah, cara penerusan beban oleh pondasi ke tanah      
  ada yang berdasr daya dukung tanah, berdasarkan friction ( lekatan ) ada juga      
  yang berdasarkan Point Bearing.      
  Kegagalan di pekerjaan pondasi akan menyebabkan kegagalan diseluruh konstruksi      
  bangunan. Untuk itu diperlukan pemahaman gambar dan spesifikasi dengan baik.      
        
 IX.2.1. PONDASI PANCANG       
  IX.2.1.1. Pengangkatan dan Perletakan (Penumpukan)      
   
  Yang akan dibicarakan disini adalah pondasi Tiang Pancang yang berukuran besar. 
  Yang perlu diperhatikan dalam metode pelaksanaan di lapangan adalah cara pengang 
  katan dan perletakan pancang. 
  Pengangkatan maupun penimbunan pancang yang perlu diperhatikan adalah posisi  
  atau letak tumpuan yaitu 1/5 L (panjang pancang) dari masing-masing ujung. 
   
  a. Handling 
   
  - Pada waktu handing, sling dapat dikerjakan pada 2 atau 4 titik angkat.
  - Pada kasus 2 titik angkat :
   Sling letakkan pada 1/5 x panjang tiang di kedua ujung.
  - Pada kasus 4 titik angkat :
   Sling letakkan pada 1/5 x panjang tiang di kedua ujung, ditambah dengan letakkan
   pada 1,00 m dari titik-titik tersebut.
          a   =  60° - 90° 
      a     
                     1/5  L              3/5 L    1/5 L
  b. Penumpukan Tiang Pancang di Site        
          
  1. Hentikan truck/trailer dekat site ( ± 30 m dari lokasi titik pancang).       
  2. Siapkan balok kayu (5/10) diatas tanah padat dengan jarak dan posisi yang benar.       
  3. Turunkan tiang pancang dari truck/trailer dengan cara yang memenuhi syarat.
  4. Setelah kedudukan tumpukan tiang pancang pertama in fixed, tempatkan lagi
   balok ( 5/10 ) di atas tumpukan tiang pancang pertama dengan jarak dan posisi
   yang sesuai dengan balok alas yang di tempatkan di bawah tumpukan pertama.
  5. Tempatkan lagi tiang pancang untuk tumpukan kedua, dan seterusnya ( maximum
   tiga tumpukan ).
  6. Letakkan balok kayu pada  1/5 L, di kedua ujung tiang pancang.
  c. Penarikan Tiang Pancang di Site 
  1. Angkut tiang pancang kesamping alat pancang ( ± 10 m ) dengan Fork Lift atau
   crane dari tumpukan di site.
  2. Angkut tiang pancang dengan sling milik alat pancang ke titik pancang pada titik
   angkat 1/3 x panjang tiang pancang dari ujung tiang.
   
   
          
             1/3 L  
          
          
          
         2/3 L   L   L max  =  15 m.
          
          
          
          
          
          
  IX.2.1.2. Kalendering        
   Kalendering bertujuan untuk mengetahui kekuatan perindividu pancang.       
   Cara pelaksanaannya dengan cara menempelkan kertas milimeter blok ke tiang       
   pancang kemudian kita letakkan pinsil kita buat garis hirisontal setiap ada pukulan 
   akan terbentuk garis vertikal. Setiap selesai satu pukulan kita buat garis horisontal, 
   maka akan terlihat seperti sket di bawah ini. 
   Kalendering dilaksanakan pada saat pancang mencapai tanah keras. 
  IX.2.1.3. Macam Tiang Pancang  
   a. Tiang Pancang Bulat 
   b. Tiang Pancang Segi empat 
   c. Tiang Pancang Segitiga 
  IX.2.1.4. Type Tiang Pancang  
   Setiap pemancangan yang sangat dalam maka tiang pancang akan dibagi 
   menjadi beberapa segmen. 
   a. Bottom : Segmen ini berada paling bawah dengan salah satu ujungnya
       lancip.
   b. Midle :  Segmen ini posisinya di tengah dengan kedua ujungnya tumpul
   c.. Upper :  Segmen ini berada paling akhir
  IX.2.1.5. Topi Pancang.  
  Topi pancang letakkan pada kepala tiang, yang fungsinya untuk menyerap kerusakan  
  bahan dan meratakan energi pemukulan ke tiang pancang.  
  - Topi pancang dapat dibuat dari baja yang fungsinya untuk menyerap kerusakan  
   bahan. 
  - Hammer dan tiang pancang yang bertopi harus terletak pada satu garis sumbu. 
  - Ukuran topi harus pas di atas kepala tiang, yang berfungsi untuk meratakan energi 
   pemukulan. 
  - Antara    topi dan    tiang pancang boleh terdapat kelonggaran senesar 15 mm. 
  IX.2.1.6. Bantalan Kepala Tiang Pancang ( Wood Cushion Material ) :  
  1. Gunakan bantalan kayu diantara kepala tiang pancang dan caping (topi baja) 
   dengan tebal minimal 10 cm (atau 4 lapis multiplex tebal 25 mm) untuk tiang 
   pancang single.
  2. Tebal bantalan kayu minimal 15 cm (atau 6 lapis multiplex 25 mm) untuk tiang
   pancang dengan sambungan.
  3. Bila bantalan kayu menerima tegangan terlalu tinggi sehingga bantalan rusak /
   hancur maka harus diganti yang baru.
  4. Bila dijumpai kekerasan tanah ekstrem maka bantalan kayu baru harus disediakan
   untuk setiap tiang pancang.
   penting  ! perhatikan point 1 s/d 4 lembar ini.
  METHODE PEMANCANGAN 
  1. Gunakan mesin pemancangan dengan panjang Boom ± 12 - 18, dan panjang
   leader 18 - 24 m' untuk maximum panjang tiang pancang 12 - 18 m'.
  2. Gunakan Diesel Hammer yang sesuai dengan jenis dan kapasitas tiang.
  3. Gunakan topi pancang baja yang sesuai dengan ukuran / dimensi tiang pancang.
  4. Gunakan bantalan kayu dengan tebal sesuai yang di syaratkan (minimal 10 cm).
  5. Penarikan tiang pancang ke titik pancang harus sesuai dengan yang disyaratkan,
   serta kondisi tiang pancang harus di jaga dan masih dalam kondisi baik.
  6. Posisi sumbu hammer, tiang pancang dan topi baja harus lurus dalam satu garis
   ( di level / water pass dan unting-unting ).
  7. Eksentrisitassumbu tersebut tidak boleh lebih dari 10 mm.
 IX.2.2. PONDASI BORED PILE  
  Cara Pelaksanaan Bored Pile 
  Pertama-tama tanah di bor dengan diameter sesuai dengan perencanaan. 
  Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, ujung pengeboran dibuat menggelem- 
  bung dengan tujuan memperluas tumpuan. 
  Selesai pengeboran penulangan dimasukkan, dan dilanjutkan pengecoran (dengan
  tremi)
  Yang perlu diperhatikan dalam pondasi Bored Pile adalah Volume beton yang masuk
  adalah minimum sama dengan volume galian teoritis.
  Keuntungan :
  Teknologinya tidak terlalu rumit ( mudah dikerjakan )
  biaya tidak telalu mahal
  Kerugian :
  Dinding galian sulit dimonitor masalah kelongsorannya.
  Gelembung diujung pengeboran sulit dimonitor bentuk dan volumenya.
  Site akan menjadi sangat becek sekali oleh sirkulasi air yang dipakai untuk mengeluar-
  kan lumpur.
  Mutu beton akan sangat dipengaruhi oleh lumpur dalam lobang galian.
  
    
    
  DATA TEKNIS BORED PILE :  
    
 1. Kemampuan  : Bor kecil :    30 - 60 cm.
    : Crane  s/d    2,00 m.
    
 2. Kedalaman  K :  5.00  m  -  40.00 m
    B :   s/d  ±  60.00 m
 3. Kapasitas / kecepatan : volume beton ± 4 m3 / unit mesin bor.  
 4. Lumpur bar; alami ; lempung ; bentonite bila dibutuhkan kekentalan lebih untuk menahan  
  longsoran.  
 5. Menara bor :  k   =  2.00 m x 4.00 m ;  h = 6.00 - 9.00 m.  
 6. Pipa Tremie :  Besi diameter 6" ; medium @ 3.00 m.  
 7. Corong cor : diameter 40 cm disambung ke pipa tremie.  
 8. Casing permukaan : sesuai      bak, bila dibutuhkan untuk mencegah kelongsoran.  
 9. Pembesian : sengkang spiral dengan decking = 5 cm.
 10. Pembuatannya dibuat dengan    < 5 cm dari spec untuk pemelaran.
 11. Sebelum pengecoran lubang bor harus dicuci dari lumpur.
 12. Jika pembesian  > 12 m, penyambungan dengan las, diameter tulangan dipertahan-
  kan dengan memasang   16 melintang.
 13. Setelah lubang dibersihkan harus langsung dicor sampai selesai.
 14. Pengecoran awal harus hati-hati, supaya beton sedikit mungkin bercampur dengan
  lumpur, digunakan kantong plastik yang diisi dengan adukan beton dan dimasukkan
  ke dalam lubang bor, ditahan dulu sampai tenaga cor siap untuk dilakukan pengecoran
  secepatnya secara kontinue (lihat gambar).
 15. Bila adukan beton tidak dapat lagi mengalir kedalam pipa tremie, maka dilakukan 
  hentakan-hentakan, pipa tremie tidak boleh terlepas dari permukaan beton minimal
  terendam ± 1.00 m dari permukaan adukan beton.
 16. Corong dijaga jangan sampai kosong, harus terus diisi dengan adukan beton.
 17. Pipa tremie dapat dilepas setiap 3.00 m naik.
 18. Pencoran dapat dihentikan bila adukan beton yang naik di permukaan dan tumpah
  dari luabang bor telah bersih dari campuran lumpur.
 19. Setelah kering harus ada pemotongan beton sampai dengan beton yang sesuai sengan
  karakteristik spec : ± 0.50 - 1.00 m.
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  Gambar pengecoran Bored Pile
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
   Posisi awal pencoran      Posisi ujung bawah tremie
         
  IX.2.3. SUMURAN       
  Pondasi Sumuran dipakai untuk tanah keras  
  Cara Pelaksanaan Pondasi Sumuran sebagai berikut :  
  Pertama-tama kita gali tanah sambil menurunkan buis beton (bahan lain sesek bambu)  
  Setelah galian sesuai dengan rencana maka tulangan kita turunkan (bila ada)  
  dilanjutkan dengan pengecoran beton cyclop (beton mutu sedang dicampur dengan  
  batu belah)  
  Keuntungannya :  Teknologinya tidak terlalu rumit ( mudah dikerjakan )
    biaya tidak telalu mahal
  Kelemahannya :  Hanya bisa dipakai untuk tanah dengan daya dukung tinggi
  IX.2.4. FOOT PLAT SETEMPAT DAN MENERUS  
  IX.2.4. 1. FOOT PLAT SETEMPAT   
  - Jenis pondasi foot plat ini yang sering dipakai di lapangan, dan cara pelaksanaanya  
     tidak terlalu sulit. 
  - Pertama-tama tanah di gali sesuai dengan perencanaan 
  - Setelah selesai galian, maka dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kerja, jika tidak ada 
     perbaikan tanah. 
    Untuk tanah yang lunak, jika ada perbaikan tanah maka sebelum lantai kerja kita lakukan 
    perbaikan tanah dulu. Perbaikan tanah bisa dengan cara mengganti tanah lumpur dengan 
    sirtu atau dengan cerucuk bambu (dolken). 
  - Pembesian foot plat dan kolom bisa dikerjakan, jika lantai kerja telah kering. 
  - Begesting foot plat di pasang, kemudian pengecoran foot plat dilaksanakan. 
  - Dilanjutkan  dengan begesting kolom pondasi dan diteruskan pengecoran 
   Sketsa pekerjaan foot plat (tanpa perbaiakan tanah)
   Sketsa pekerjaan foot plat (dengan perbaiakan tanah)
  IX.2.4. 2. FOOT PLAT SETEMPAT 
  - Jenis pondasi foot plat menerus ini dipakai jika dimensi foot plat setempat terlalu luas.
     Maka untuk memenuhi luasan, dipakai foot plat setempat. 
     Untuk menambah kekakuan foot plat menerus, maka dipakai rib.
  - Sama dengan pondasi foot plat setempat, pertama-tama tanah di gali sesuai dengan
     perencanaan. 
  - Setelah selesai galian, maka dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kerja, jika tidak ada 
     perbaikan tanah. 
    Untuk tanah yang lunak, jika ada perbaikan tanah maka sebelum lantai kerja kita lakukan 
    perbaikan tanah dulu. Perbaikan tanah bisa dengan cara mengganti tanah lumpur dengan 
    sirtu atau dengan cerucuk bambu (dolken). 
  - Pembesian foot plat, rib dan kolom bisa dikerjakan, jika lantai kerja telah kering. 
  - Begesting foot plat dan rib di pasang, kemudian pengecoran foot plat dan rib dilaksanakan. 
  - Dilanjutkan  dengan begesting kolom pondasi dan diteruskan pengecoran 
   sketsa pondasi foot plat menerus
gambarnya kok gak ada?
BalasHapusmain ke blog ane ya www.prabuadi.blogspot.com